![]() |
Gambar : Media Informasi Al Barokah |
Padasan, 8 Februari 2025 – Dalam rangkaian Resepsi Haflatul Imtihan ke-52 Pondok Pesantren Al Barokah, salah satu momen yang penuh hikmah adalah Mau'idzoh Hasanah yang disampaikan oleh KH. Ahsan Qomaruszaman (Nun Aka), Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. Dalam ceramahnya, beliau menekankan pentingnya niat dalam setiap amal perbuatan, keutamaan mencari ilmu, serta adab santri terhadap guru.
Niat Sebagai Penentu Amal
KH. Ahsan Qomaruszaman menjelaskan bahwa niat adalah awal sekaligus penentu amal seseorang. Niat yang benar akan membawa keberkahan dalam setiap tindakan, terutama dalam menuntut ilmu. Beliau mengutip sebuah hadis:
"نية المؤمن خير من عمله"
"Niat seorang mukmin lebih baik daripada amal pekerjaannya."
Artinya, seseorang yang memiliki niat baik ketika menghadiri majelis ilmu, meskipun belum beramal banyak, akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat-lipat oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sebelum melakukan suatu amal, seorang mukmin harus memperbaiki niatnya agar amal tersebut bernilai ibadah.
Ilmu yang Bermanfaat
Lebih lanjut, KH. Ahsan Qomaruszaman menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat menambah rasa takut seseorang kepada Allah SWT. Bukan hanya sebatas pengetahuan, tetapi ilmu harus membawa seseorang semakin sadar akan kebesaran-Nya.
Beliau juga menegaskan bahwa menuntut ilmu (tholabul 'ilmi) harus diimbangi dengan dzikir kepada Allah SWT. Hal ini bertujuan untuk menjaga hati agar tidak sombong atau merasa lebih tinggi dari orang lain karena ilmu yang dimiliki. Dengan dzikir, ilmu akan semakin berkah dan membawa manfaat, bukan sekadar wawasan intelektual semata.
Keutamaan Guru dan Adab dalam Menuntut Ilmu
Dalam pembahasan tasawuf, KH. Ahsan Qomaruszaman menyoroti pentingnya menghormati guru. Beliau mengutip sebuah maqolah dalam kitab Taisirul Khollaq yang menyebutkan bahwa pendidik lebih utama daripada orang tua, karena melalui pendidik, seseorang mendapatkan bimbingan dalam ilmu dan akhlak.
Salah satu bentuk penghormatan kepada guru adalah dengan khidmah (خدمة الشيوخ), yakni melayani dan membantu guru sebagai bentuk adab serta pengabdian. Beliau menyinggung fenomena di media sosial yang memperlihatkan santri sangat menghormati gurunya, dan hal ini sesuai dengan nilai-nilai dalam tradisi pesantren yang menempatkan guru sebagai pembimbing spiritual dan intelektual.
KH. Ahsan Qomaruszaman juga menjelaskan bahwa dalam dunia pendidikan Islam, guru terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Syaikhut Ta'lim – Guru yang mengajarkan ilmu.
2. Syaikhul Murabbi – Guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing akhlak santri dan siap siaga selama 24 jam.
3. Syaikhul Futuh – Guru yang membuka jalan ilmu, memberikan pencerahan, serta membimbing muridnya menuju pemahaman yang lebih dalam.
Kesimpulan
Mau'idzoh Hasanah ini menjadi pengingat bagi para santri dan wali santri tentang pentingnya niat dalam menuntut ilmu, menjaga hubungan dengan Allah melalui dzikir, serta memuliakan guru. Dengan ilmu yang berkah dan adab yang baik, diharapkan para santri dapat tumbuh menjadi generasi yang berilmu, berakhlak, dan bermanfaat bagi umat.
Pesan ini menjadi refleksi berharga dalam penutupan Haflatul Imtihan ke-52, menguatkan kembali nilai-nilai keilmuan dan spiritualitas yang menjadi fondasi dalam perjalanan pendidikan di Pondok Pesantren Al Barokah.
Penulis : Ismi DM